Full width home advertisement

Guru

SDM Unggul

Post Page Advertisement [Top]

Kepemimpinan Seorang Guru
PENASINERGI - Paradigma tentang kepemimpinan (leadership) , termasuk kepemimpinan seorang guiru atau pengajar di zaman ini turut mengalami perubahan seturut perkembangan jaman. Kini, seorang guru ditutuntu memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Guru TK, SD, SMP, SMA/SMK bahkan dituntut memiliki gelar S1, S2, hingga S3.

Pengaruh sosial politik (arus demokratisasi) turut memengaruhi jabatan seorang guru, seperti kebijakan penggunaan kurikulum dan sistem pendidikan lainnya oleh pemerintah. Sejalan dengan itu, perkembangan teknologi informasi (networking) dan arus globalisasi yang tak terbendung juga memengaruhi kepemimpinan seorang guru di sekolah.

Guru Sebagai Pemimpin

Sercara tingkas, kepemimpinan dapat dimengerti sebagai KECAKAPAN membuat orang lain MENGIKUTI dan MELAKUKAN dengan SUKARELA segala sesuatu yang kita kehendaki; atau perilaku seseorang yang mengerahkan aktivitas kelompok dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Sebagai seorang pemimpin, guru bukanlah bos. Sebab ia harus berupaya mengajar dan mendidik siswa-siswinya, dan bukan seperti bos yang hanya menggiring mereka mengerjakan tugas (PR). Lagi, sebagai pemimpin, guru harus memiliki itikad baik (yakni membantu siswa-siswinya untuk berkembang) dan bukan malah hanya menjalankan wewenang yang diberikan sekolah.

Di titik inilah seorang guru harus mampu menimbulkan antusiasme peserta didiknya, dan bukan malah berlaku sebagai bos yang memberikan rasa takut mereka. Hal ini tampak di ruang kelas, ketika guru lebih suka menyatakan "mari KITA sama-sama belajar" kepada anak didiknya daripada mengamcam mereka bila tidak belajar.

Seorang guru, oleh karenanya harus mampu menciptakan suasana kondusif untuk memperlancar kegiatan belajar-mengajar di kelas daripada menyalahkan anak didiknya yang lambat menangkap isi pelajaran yang diajarkan. Akhirnya, guru yang berjiwa pemimpin akan selalu menunjukkan caranya mengerjakan soal-soal pelajaran daripada hanya memerintah “Segera kerjakan!”

Guru itu Seorang Pemimpin, bukan seorang Manajer

Sebagai seorang pemimpin, guru harus inovatif (menemukan), dan bukan seperti manajer yang kerjanya hanya mengelola (kelas). Untuk itu, saat mengajar di kelas, ia harus tampil orisinil, dan bukan sekedar mempertahankan apa yang sudah ada.

Sebagai pemimpin, seorang guru juga harus selalu mengembangkan kemampuan dirinya, dan tidak sekedar mempertahankan apa yang sudah ada. Mengapa demikian? Sebab, sebagai seorang guru, setiap hari ia fokus pada manusia, dan bukan melulu fokus pada sistem dan struktur.

Guru bukanlah manaje yang melulu bergantung pada sistem pengendalian bernama kurikulum. Sebaliknya, ia harus berupaya membangkitkan rasa percaya diri anak didiknya. Sebagai seorang guru, ia harus mempersiapkan masa depan anak didiknya (orientasinya pada masa depan, jangka panjang), dan bukan sekedar mengajari mereka menguasai pelajaran di buku dan mendapat nilai bagus (orientasinya pada masa kini, jangka pendek).

Akhirnya, sebagai seorang pemimpin, guru harus mampu menjadikan dirinya sendiri sebagai role model dan tidak menyukai status quo, dan bukan sebagai manajer yang menjadikan dirinya sebagai "pengawai yang baik" dan menerima status quo.

5 Gaya/Tingkat Kepemimpinan Guru

1. Kedudukan/Jabatan - Sebagai pemimpin, seorang guru diikuti anak didiknya tak lebih karena mereka merasa harus mengikutinya. Agar diiikuti, seorang guru pun merasa cukup mengetahui tugas-tugasnya dengan baik, menjelaskan visinya kepada anak didiknya, dan menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Dengan kedudukannya sebagai guru, ia akan berupaya setia dalam melakukan tugasnya serta berupaya menawarkan gagasan kreatif untuk memajukan sekolahnya.

2. 1zin/Persetujuan - Anak didiknya mengikuti sang guru karena mereka mau mengikutinya. Sebagai seorang pemimpinin, guru mencintai apa adanya anak didik yang dipercayakan kepadanya. Untuk itu ia selalu menciptakan suasana agar anak didiknya mau bekerjasama dengannya. Bagi si guru, anak didiknya adalah bagian dari perjalanan hidupnya. Maka, sebagai soerang pemimpin, sang guru haruslah bertindak secara bijaksana.

3. Produksi/Hasil - Sebagai pemimpin, seorang guru diikuti oleh anak didiknya justru karena apa yang telah ia lakukan untuk mereka. Tipe ini selalu mempunyai tekad untuk memajukan sekolah, khususnya kelas yang dipercayakan kepadanya sejak awal ia mengajar di sana. Demi hasil maksimal, si guru akan terus-menerus mengembangakan visi-misinya dan tak boleh berpuas diri. Ia akan berupaya melihat dan memaksimalkan peluang yang ada bagi pengembangan siswa-siswa yang diajarnya. Di titik inilah, si guru akan membangun komunikasi strategis dengan peserta didiknya, bahkan ia berani mengambil keputusan yang berbeda dengan sekolah, sejauh keputusannya lebih benar dan lebih bermanfaat,

4. Reproduksi/Pengembangan SDM - Sebabagai pemimpin, seorang guru diikuti anak didiknya karena siapa dia dan apa yang telah ia lakukan bagi mereka. Artinya, si guru menyadari bahwa siswa-siswinya adalah aset yang sangat besar dari sekolah dan kelas yang diajarnya. Untuk ia selau memprioritaskan pengembangan diri mereka. Selain menjadi teladan, ia juga melibatkan siswa-siwinya untuk memikirkan dan mengembangkan sekolah/kelas yang lebih baik.

5. Rasa Hormat (Penguasaan Diri) - Siswa-sisiwi di sekolah/kelas akan mengikuti seorang guru karena siapa dirinya dan apa yang ia wakili. Mereka akan loyal kepada san guru dan rela berkorban demi dia karena ia dipandang berhasil mempersiapkan masa depan mereka. Sebagai seorang pemimpin, guru akan merasa bahagia kalau ia dapat mengembangkan pribadi anak didiknya menjadi lebih cerdas, lebih dewasa dan lebih mandiri. Untuk itu ia tak menyukai gaja mengajar guru-sentris di ruang kelas.


Penulis: Lusius Sinurat

Tidak ada komentar:

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib